Pengertian Logam Berat Timbal (Pb)
1. Sifat dan Karakteristik Pb
Plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008). Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004).
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut:
a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
c. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327, 5°C.
d. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
e. Merupakan pengantar listrik yang baik.
2. Pb dalam Perairan
Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Pb yang masuk ke dalam perairan sebagai dampak aktivitas kehidupan manusia diantaranya adalah air buangan dari pertambangan bijih timah hitam, buangan sisa industri baterai dan bahan bakar angkutan air. Secara alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk dalam badan perairan. Pb yang masuk ke badan perairan sebagai dampak dari aktiviatas kehidupan manusia. Senyawa Pb yang ada dalam badan perairan dapat ditemukan dalam bentuk ion-ion divalen atau ion-ion tetravalen (Pb2+, Pb4+). Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb, sehingga jumlah Pb yang ada dalam badan perairan melebihi kosentrasi yang semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan (Palar, 2004).
Kosentrasi logam toksik salah satunya Pb dalam lingkungan perairan secara alamiah biasanya sangat kecil sekali. Menurut Waldichuk (1974) dalam Darmono (2001), kosentrasi logam Pb secara alamiah dalam air laut 0,03 µg/L dan air sungai 3 µg/L. Menurut Palupi (1994) dalam Darmono (2001), standar kosentrasi logam Pb dalam air yang direkomendasikan yaitu 0,10 mg/L.
3. Dampak Pb terhadap Kesehatan Masyarakat
Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001). Menurut Palar (2004), senyawa tetraetil-Pb, dapat menyebabkan keracunan akut pada sistem saraf pusat. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Keracunan yang terjadi sebagai akibat kontaminasi dari logam Pb dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan kadar ALA (d-Amino Levulinic Acid) dalam darah dan urine.
b. Meningkatakan kadar proporphirin dalam sel darah merah.
c. Memperpendek umur sel darah merah.
d. Menurunkan jumlah sel darah merah.
e. Menurunkan kadar retikuosit (sel-sel darah merah yang masih muda).
f. Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.
Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam Pb. Keracunan Pb dapat menimbulkan kerusakan pada otak yaitu epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar. Menurut Widowati (2008), mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
a. Sistem haemopoietik: dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin, sehingga menyebabkan anemia.
b. Sistem saraf: dimana Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
c. Sistem urinaria: dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of henle, serta menyebabkan aminosiduria.
d. Sistem gastro-intestinal: dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.
e. Sistem kardiovaskuler: dimana Pb dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah.
f. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia, dan teratospermia pada pria.
g. Sistem endokrin: dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
h. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
Referensi:
_______. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.
Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Andi, Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar