Langsung ke konten utama

DESAIN STUDI DESKRIPTIF

DESAIN STUDI DESKRIPTIF

A. Pendahuluan 
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan determinannya pada manusia. Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis) dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi sebagai berikut :
1. Frekuensi masalah kesehatan Untuk mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan terlebih dahulu harus dilakukan 2 hal pokok yaitu menemukan atau mengidentifikasi dan mengukur 
2. Penyebaran masalah kesehatan. Menunjuk pada keadaan masalah kesehatan yang dikelompokan berdasarkan orang (man), tempat (place), dan waktu (time). 
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan atau factor determinan. 
Terdapat 3 langkah pokok yang harus dilakukan yaitu merumuskan hipotesa tentang penyebab suatu masalah kesehatan, uji hipotesa, dan menarik kesimpulan (Setyawan, 2008). 
Studi epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori: (1) epidemiologi deskriptif; dan (2) epidemiologi analitik (Gambar 1)

B. Desain Studi Epidemiologi Deskriptif. 
1. Pengertian 
Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit (Murti,1997). Dari komponen penting yang ada dalam epidemiologi yang termasuk kedalam desain studi epidemiologi deskriptif yaitu frekuensi masalah Penyebaran masalah kesehatan (Setyawan, 2008). 

2. Tujuan  
Tujuan epidemiologi deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya beban penyakit, dan kecenderungan penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan alokasi sumber daya untuk intervensi kesehatan; (2) Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit; (3) Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai faktor risiko/ kausa penyakit (Murti, 1997). 

3. Ciri-ciri 
a. Hanya ada 1 kelompok studi 
b. Mnegukur insidensi atau prevalensi 
c. Menggambarkan distribusi penyakit menurut variabel tempat, orang dan waktu. 
d. Tidak ada kesimpulan tentang hubungan antara ekposure dan outcome 
e. Informasi yang diperoleh dapat mengarahkan suatu eksposure dengan outcome tertentu. 
f. Penyajian dilakukan dengan grafik, tabel, spot-map dan sebagainya (Pramono, 2011). 

4. Variabel Penelitian 
Penelitian Deskriptif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan atara berbagai variabel. Rancangan Penelitian Deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik Orang, Tempat dan Waktu. 
a. Variabel Orang : Orang sebagai individu mempunyai Variabel yang tak terhingga banyaknya, sehingga untuk mengadakan pengamatan terhadap semua variabel tersebut sangat tidak mungkin. Beberapa Variabel Utama yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi seseorang, diantaranya adalah : Umur, Jenis Kelamin, Suku Bangsa/Etnis, Pendidikan, Status Perkawinan, Status Ekonomi, Status Marital, dsb. 

1) Umur, adalah variabel yang sangat penting dan selalu diperhatikan dalam penyelidikan – penyelidikan epidemiologi karena :  
a) Ada kaitannya dengan Daya Tahan Tubuh. Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa jauh lebih kuat daripada daya tahan bayi atau anak – anak. 
b) Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan. Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih besar daripada anak – anak. 
c) Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup. Dibandingkan dengan anak – anak, maka orang dewasa lebih besar kemungkinan terpapar dengan berbagai sumber masalah kesehatan atau penyakit. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai pengaruh /kemaknaan yang berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur, perbedaan dalam proses Pathogenesis, dan perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu (Setyawan, 2008). 

2) Golongan etnik, Penyebaran masalah kesehatan juga tergantung dari golongan etnik yang miliki. Yang dimaksud Golongan Etnik adalah : Sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan Etnik dibedakan atas : 
a) Ras (Race) Pengelompokan menurut Ras, lebih didasarkan pada Warna Kulit dan Bentuk Tubuh. Dikenal 3 Ras utama yaitu Caucasoid (Kulit Putih), Negroid (Kulit Hitam), dan Mongoloid (Kulit Kuning/Sawo Matang). Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan erat dengan Ras, yaitu Sicklecell Anemia. 
b) Etnik / Suku Bangsa (Tribe) Pengelompokan dalam Suku Bangsa didasarkan pada tempat tinggal, adat – istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial – ekonomi ataupun susunan makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan oleh perbedaan tempat tinggal, adat – istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial – ekonomi ataupun susunan makanannya. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit Malaria ataupun Filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya (Setyawan, 2008). 

3) Status perkawinan Yang dimaksud dengan Status Perkawinan disini adalah Persekutuan antara Dua Jenis Kelamin yang berbeda dalam bentuk Keluarga yang diakui secara sah oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku baik sipil maupun agama. Ditinjau dari sudut pandang Epidemiologi, status perkawinan ini ternyata mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan, karena : Pola Perilaku kalangan yang belum menikah berbeda dengan kalangan yang sudah menikah. Secara umum, pengaruh tersebut dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu : 
a) Pengaruh Terhadap Pola Penyakit Pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang belum menikah berbeda dengan pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang sudah menikah. Misalnya Penyakit Kelamin yang ternyata lebih banyak ditemukan pada kelompok orang yang belum pernah menikah. Hal yang sama juga ditemukan pada penyakit akibat kecelakaan yang lebih banyak terjadi pada kelompok orang yang belum menikah. 
b) Pengaruh Terhadap Resiko Terkena Penyakit Resiko terkena penyakit TB Paru misalnya, akan lebih besar terjadi pada istri atau suami yang pasangannya menderita penyakit TBC Paru. 
c) Pengaruh Terhadap Penatalaksanaan - Penanggulangan Penyakit Pada kelompok orang yang belum menikah yang menderita penyakit akan mendapat perawatan yang kurang dibandingkan dengan mereka yang telah berkeluarga karena memang kurangnya anggota keluarga yang turut membantu mengatasi penyakit (Setyawan, 2008). 

4) Pekerjaan Hubungan antara Pekerjaan dengan masalah kesehatan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan serta sifat pekerjaan. Hal – hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit antara lain : 
a) Adanya Faktor – faktor lingkunan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan, seperti bahan – bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda – benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, 
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan Stress, yang merupakan faktor penyebab terjadinya Hypertensi. 
c) Karena ruangan tempat kerja yang terlalu sempit, sehingga memungkinkan proses penularan penyakit antar pekerja (Setyawan, 2008). 

5) Struktur keluarga Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar, karena besarnya tanggungan secara relatif, mungkin harus tinggal berdesak – desakan dalam rumah yang luasnya terbatas sehingga memudahkan penularan penyakit. Dan karena besarnya tanggungan keluarga, mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi baik atau tidak dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia (Setyawan, 2008). 

6) Status sosial ekonomi Dalam kehidupan sehari – hari, sering ditemukan beberapa masalah kesehatan tertentu misalnya penyakit infeksi dan gangguan gizi yang lebih banyak diderita oleh masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah dan sebaliknya beberapa penyakit kardiovaskuler lebih banyak dijumpai pada penderita dengan status sosial ekonomi tinggi (Setyawan, 2008). 

7) Variabel Tempat : Faktor Tempat atau Distribusi Geografis memegang peranan yang sangat penting dalam penelitian, karena pada geografis yang berbeda akan berbeda pula pola permasalahan yang dihadapai. Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat terjadinya masalah kesehatan tersebut amat penting, karena dari keterangan yang diperoleh akan dapat diketahui : 
 a) Jumlah dan Jenis Masalah Kesehatan yang Ditemukan Suatu Daerah. Dengan diketahuinya penyebaran penyakit disuatu daerah, maka dapat diketahui dengan tepat masalah – masalah kesehatan yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian dapat diidentifkasikan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. 
 b) Hal – Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah. Apabila telah diketahui Jumlah dan Jenis masalah kesehatan, dapat disusun program kesehatan yang tepat untuk daerah tersebut. Hasil akhir yan diharapkan adalah masalah kesehatan dapat diatasi dengan lebih Efektif dan pemakaian sumber daya yang ada tidak akan sia – sia sehingga lebih Efisien. 
c) Keterangan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah. Keterangan tentang penyebab masalah kesehatan ini dapat diperoleh dengan membandingkan hal – hal khusus yang ada dan yang tidak ada pada suatu daerah. Perbedan tentang hal – hal khusus tersebut, mungkin merupakan Penyebab timbulnya masalah kesehatan yang dimaksud. Keadaan – keadaan khusus yang merupakan karakteristik Tempat yang berhubungan dengan masalah kesehatan, antara lain dapat berupa : 
 (1) Keadaan Geografis, Berupa : letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari, angin, kelembaban udara, suhu udara, daerah pegunungan, pantai, daratan. (Lingkungan Fisis, Kemis dan Biologis ). 
 (2) Keadaan Demografis, Perbedaan keadaan penduduk (Demografi) sangat menentukan perbedaan penyebab penyakit menurut tempat. Keadan Demografis yang dimasud dapat berupa : Jumlah dan Kepadatan Penduduk, Konstitusi genetis an etnis, variasi cultural. 
 (3) Keadaan Pelayanan Kesehatan, Dalam hal ini, menyangkut Jumlah dan Cakupan Pelayanan Kesehatan, Mutu Layanan Kesehatan yang dselenggarakan serta Program Higiene dan Sanitasi (Setyawan, 2008). 
 Berdasarkan luasnya daerah yang terserang suatu masalah kesehatan, penyebaan menurut karakteristik Tempat ini secara umum dapat dibedaan menjadi 5 macam, yaitu : 
 a) Penyebaran pada Satu Wilayah (Setempat / Lokal ) Disini masalah kesehatan hanya ditemukan pada satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering digunakan adalah Desa dan Kota, karena masing – masing mempunyai ciri tersendiri yang khas sehingga mempunyai gambaran penyakit yang berbeda – beda. 
 b) Penyebaran Beberapa Wilayah Pengertian penyebaran beberapa wilayah juga tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa kecamatan dsb. 
 c) Penyebaran Satu Negara (Nasional) Pada penyebaran Satu Negara, masalah kesehatan tersebut ditemukan di semua wilayah yang ada dalam negara tersebut. Tergantung dari keadaan geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan berbeda pula. 
 d) Penyebaran Beberapa Negara (Regional) Masalah kesehatan juga dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk tidaknya suatu penyakit ke suatu negara, dipengaruhi oleh faktor – faktor : 
(1) Kedaaan geografis suatu negara, Dalam arti apakah ditemukan keadaan – keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut. 
(2) Hubungan komunikasi yang dimiliki, Dalam arti, apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, bagaimana hubungan antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb. (3) Peraturan perundang – undangan yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan peraturan yang berkaitan dengan bidang kesehatan. 
 e) Penyebaran Banyak Negara (Internasional). Di sini masalah kesehatan telah ditemukan di banyak negara, yang pada era sekarang ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi sangat mungkin terjadi (Setyawan, 2008). 

8) Variabel Waktu : Jenis penyebaran masalah kesehatan yang ketiga yang perlu dipelajari dalam study epidemiologi adalah Penyebaran Menurut Karakteristik Waktu. Manfaat mempelajari penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu adalah untuk mengetahui : 
a) Kecepatan Perjalanan Penyakit Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, hal ini berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan cepat. 
b) Lama Terjangkitnya Suatu Penyakit. Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yaitu dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang hilangnya penyakit tersebut (Setyawan, 2008). 

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan menurut waktu antara lain : 
 a) Sifat Penyakit Yang Ditemukan, Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan, yang dibedakan atas : 
(1) Potogenesiti / Patogenitas Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul penyakit (Disease Stimulus) 
(2) Virulensi Ukuran keganasan penyakit atau derjat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit. (3) Antigenesiti / Antigenitas Kemampuan bibit penyakit untuk merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (pembentukan Antigen) pada diri penjamu. 
(4) Infektiviti / Infektifitas Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu. 
 b) Keadaan tempat terjangkitnya penyakit Untuk penyakit infeksi, keadaan yang paling penting adalah menyangkut ada tidaknya reservoir bibit penyakit ? Environmental Reservoir. 
 c) Keadaan penduduk Sama halnya dengan penyebaran menurut tempat, maka penyebaran masalah kesehatan menurut waktu ini juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang menyangkut ciri – ciri manusianya ataupun yang menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk. 
 d) Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia. Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah, sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek (Setyawan, 2008). 

Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : 
 a) Penyebaran Satu Saat Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu Saat dibedakan menjadi 2, yaitu : 
(1) Point – Source Epidemic Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang ditandai oleh : 
(a) Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat, 
(b) Masa inkubasi yang pendek 
(c) Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal 
(d) Muncul hanya pada waktu tertentu saja (e) Hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat 
 Contoh : Peristiwa keracunan makanan.

(2) Contagious Diseases Epidemic Disebut juga Propagated Epidemic, adalah : Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh : 
 (a) Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan, 
 (b) Masa inkubasi yang panjang, 
 (c) Episode penyakit merupakan peristiwa majemuk,
 (d) Waktu munculnya penyakit tidak jelas, 
 (e) Hilangnya penyakit dalam waktu yang lama Contoh : Wabah penyakit menular. b) Penyebaran Satu Kurun Waktu Yaitu Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun waktu tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk mencari Penyebab Penyakit. c) Penyebaran Siklis Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu, bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut peristiwa tertentu (musim panen, paceklik). d) Penyebaran Sekular Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun (Setyawan, 2008). 

 5. Jenis Studi Jenis studi deskriptif dibagi menjadi 2 yaitu: 
 a. Studi Populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi awal dengan seluruh populasi sebagai unit. Contoh menghubungkan konsumsi garam dengan kanker oesophagus di cina (Samsudrajat, 2011). 
 b. Studi individu terdiri dari : 
 1) Case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian kasus, yang berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk memberi-kan bukti kausal, sebab pada Case Series tidak dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik. 
 2) Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case report mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Selain tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang diperoleh mencerminkan variasi biologis yang lebar dari sebuah kasus, sehingga Case Report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran klinis penyakit 
 3) Studi potong-lintang (cross-sectional study, studi prevalensi, survei) berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit (Murti, 1997). 
 6. Contoh Penelitian Deskriptif 
a. Kasus diare di kecamatan Manyaran kabupaten wonogiri 
b. Prevalensi BBLR di Kabupaten Magelang 
c. Distribusi kematian akibat gempa di Kabupaten Bantul Provinsi DIY tahun 2006 
d. Insidensi penyakit DBD di Kabupaten Sleman Provinsi DIY 

DAFTAR PUSTAKA 
Murti, B. 1997. Prinsip dan Metodologi Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 

Pramono, D. 2011. Rancangan Penelitian di Bidang Kesehatan. http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pdf. di akses tanggal 21 November 2011. 

Samsudrajat, A. 2011. Ruang Lingkup dan Pengertian Epidemiologi. http://agus34drajat.filespdf/2011/03/ruang-lingkup-dan-pengertian-epidemiologi1.pdf. Di akses tanggal 21 November 2011. 

Seyawan D. 2008. Macam-macam Epidemiologi. http://www.aditya-edu4all.zoomshare.com/files/EPIDEMIOLOGI/Macammacam_Epidemiolo gi.pdf. di akses tanggal 21 November 2011.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leaflet Gizi Diit Atlet Sepak Bola

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikas

BAB 3 sterilisasi

Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi : 1. Pengertian sterilisasi 2. Macam-macam sterilisasi a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) b. Sterilisasi secara fisik · Pemanasan - Dengan api langsung - Panas kering - Uap air panas - Uap air panas bertekanan · Penyinaran UV c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan 3. Prosedur/Teknik aseptis a. Mensterilkan meja kerja b. Memindahkan biakan ( streak ) c. Menuang media d. Pipetting 4. Prinsip cara kerja autoklaf 5. Sterilisasi dengan cara penyaringan 6. Tyndalisasi 7. Sterilisasi dengan udara panas 8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet Pengertian Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan deng