Media Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (www.pamsimas.org, 2009)
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya (DEPKES RI, 2006)
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1) Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
a) Kelebihan media cetak diantaranya:
(1) Tahan lama.
(2) Mencakup banyak orang.
(3) Biaya tidak tinggi.
(4) Tidak perlu listrik.
(5) Dapat dibawa ke mana-mana.
(6) Dapat mengungkit rasa keindahan.
(7) Meningkatkan gairah belajar.
b) Kelemahan media cetak yaitu:
(1) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
(2) Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005)
2) Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video film, cassete, CD, VCD.
a). Kelebihan media elektronika diantaranya:
(1) Sudah dikenal masyarakat.
(2) Mengikutsertakan semua panca indra.
(3) Lebih mudah dipahami.
(4) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
(5) Bertatap muka.
(6) Penyajian dapat dikendalikan.
(7) Jangkauan relatif lebih besar.
(8) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang
b) Kelemahan media elektronika diantaranya:
(1) Biaya lebih tinggi.
(2) Sedikit rumit.
(3) Perlu listrik.
(4) Perlu alat canggih untuk produksinya. Perlu persiapan matang.
(5) Peralatan selalu berkembang dan berubah. Perlu keterampilan penyimpanan.
(6) Perlu terampil dalam pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).
c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).
a) Kelebihan media luar ruang diantaranya:
(1) Sebagai informasi umum dan hiburan.
(2) Mengikutsertakan semua panca indra.
(3) Lebih mudah dipahami.
(4) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
(5) Bertatap muka.
(6) Penyajian dapat dikendalikan.
(7) Jangkauan relatif lebih besar.
(8) Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail.
(9) Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-lain.
b) Kelemahan media luar ruang diantaranya:
(1) Biaya lebih tinggi.
(2) Sedikit rumit.
(3) Ada yang memerlukan listrik.
(4) Ada yang memerlukan alat canggih untuk produk¬smya.
(5) Perlu persiapan matang.
(6) Peralatan selalu berkembang dan berubah.
(7) Perlu keterampilan penyimpanan.
(8) Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006).
Pengembangan Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan (DEPKES RI, 2006). Untuk hal itu diperlukan langkah-langkah pengembangan media promosi kesehatan yang tepat.
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses P. Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH (Program for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS (Population Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam pengembangan media promosi kesehatan yaitu:
a. Tahap analisis masalah dan sasaran
Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1) Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2) Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat-istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
3) Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari arahan-arahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE, masing-masing sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan politik. Dan melihat program serta pendukung-pendukung apa saja yang telah tersedia.
4) Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program. Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5) Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan masalah kesehatan.
b. Tahap Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu:
1) Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:
a) Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
b) Jelas dan dapat diukur.
c) Apa yang akan diukur.
d) Siapa sasaran yang akan diukur.
e) Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
f) Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka program menjadi tidak fokus dan tidak efektif (Notoatmodjo,2005).
2) Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen. Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk. Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi kesehatan diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti:
a) Data karakteristik perilaku khalayak sasaran.
b) Data epidemiologi.
c) Data demografi.
d) Data geografi.
e) Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
3) Mengembangkan posisioning pesan
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan sesuatu yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).
4) Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan (Notoatmodjo,2005):
a) Identifikasi para pesaing
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di masyarakat.
b) Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting oleh khalayak sasaran.
c) Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut pandang.
d) Menganalisis preferensi khalayak sasaran
Yaitu mengetahui posisi yang dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e) Menentukan posisi merek produk sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar, jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbol-simbol produk.
f) Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah masih cocok dengan keadaan.
5) Memilih Media Promosi Kesehatan
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini adalah:
a) Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada selera pengelola program.
b) Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
c) Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
d) Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).
c. Tahap pengembangan pesan, uji coba dan produksi media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran (www.pamsimas.org, 2009). Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) Command attention
Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut (www.pamsimas.org, 2009).
2) Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal (www.pamsimas.org, 2009).
3) Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat di dekat tempat tinggalnya (www.pamsimas.org, 2009).
4) Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya (www.pamsimas.org, 2009)
5) Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama (www.pamsimas.org, 2009).
6) Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata (www.pamsimas.org, 2009).
7) Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan (www.pamsimas.org, 2009).
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:
1) Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara keseluruhan.
2) Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari salah paham.
3) Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana pendukungnya
4) Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan, kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5) Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan daya muat apakah masih efisien dan effektif.
d. Tahap Pelaksanaan dan pemantauan
Pelaksanaan adalah tahap dimana perencanaan mulai dilaksanakan. Pelaksanaan biasanya merupakan bagian yang paling membutuhkan biaya yang dimulai dari pengembangan konsep sampai prates dan revisi.
Langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1) Menghasilkan pesan dan bahan berdasarkan hasil ujicoba
2) Pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan sesuai jadwal melalui media yang tepat sehingga mendapat pengaruh yang nyata.
3) Melatih kader maupun orang yang akan menggunakan media tersebut.
4) Sebarkan secara luas jadwal pelaksanaan dan laporan sehingga tidak ada seorangpun key person atau kelompok yang tidak mengetahuinya.
Pemantauan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penerapan program promosi kesehatan. Pemantauan dilakukan untuk mengukur kondisi saat ini dan perubahan yang terjadi pada setiap komponen program. Pada tingkat program, pemantauan mengukur kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan variabel-variabel pada tingkat program yaitu:
a) Input promosi kesehatan
Input promosi kesehatan seperti: kategori dan jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapat pelatihan promosi kesehatan, jumlah media cetak dan alat bantu audio visual yang dihasilkan serta kesesuaian pendistribusian media cetak dengan rencana dan jumlah program TV, radio yang dihasilkan.
b) Output promosi kesehatan
Target sasaran yang menerima/terpapar dengan pesan-pesan dan bahan-bahan promosi yang dihasilkan, misalnya persentase target sasaran yang mendengar radio tentang pemeriksaan kehamilan selama 3 bulan penyiarannya.
e. Tahap evaluasi dan rancang ulang
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi menyediakan informasi bagi manager program terhadap hasil/output dan dampak kegiatan untuk membuat perubahan-perubahan yang diperlukan. Evaluasi mengukur dampak kegiatan dari segi sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menetap dari sasaran potensial, provider, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan:
1) Mengukur dan menelusuri kepedulian umum, daya ingat atau praktik perilaku dari khalayak sasaran dengan menggunakan teknik penelitian yang dapat diterima, untuk menghasilkan umpan balik yang cepat.
2) Analisis hasil sesuai dengan tujuan spesifik
3) Melakukan perubahan pada rancangan proyek bila diperlukan.
Ada dua pendekatan pokok dalam evaluasi program yaitu:
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif ini membantu pengembangan program pada saat program tersebut masih dalam tahap pengembangan, untuk dipergunakan sebagai dasar mengembangkan program. Maksud mengadakan evaluasi adalah untuk memaksimalkan kemungkinan intervensi akan berhasil.
Evaluasi formatif mencakup: penjajagan target sasaran dan penjajagan mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Sedangkan bentuk evaluasi formatif bisa bermacam-macam misalnya: analisis data epidemiologis, tinjauan kepustakaan, analisis data demografis, FGD, analisis data marketing, ujicoba konsep, pesan dan saluran komunikasi dengan konsumen.
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai berjalannya suatu program promosi kesehatan.
1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (www.pamsimas.org, 2009)
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya (DEPKES RI, 2006)
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1) Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
a) Kelebihan media cetak diantaranya:
(1) Tahan lama.
(2) Mencakup banyak orang.
(3) Biaya tidak tinggi.
(4) Tidak perlu listrik.
(5) Dapat dibawa ke mana-mana.
(6) Dapat mengungkit rasa keindahan.
(7) Meningkatkan gairah belajar.
b) Kelemahan media cetak yaitu:
(1) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
(2) Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005)
2) Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video film, cassete, CD, VCD.
a). Kelebihan media elektronika diantaranya:
(1) Sudah dikenal masyarakat.
(2) Mengikutsertakan semua panca indra.
(3) Lebih mudah dipahami.
(4) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
(5) Bertatap muka.
(6) Penyajian dapat dikendalikan.
(7) Jangkauan relatif lebih besar.
(8) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang
b) Kelemahan media elektronika diantaranya:
(1) Biaya lebih tinggi.
(2) Sedikit rumit.
(3) Perlu listrik.
(4) Perlu alat canggih untuk produksinya. Perlu persiapan matang.
(5) Peralatan selalu berkembang dan berubah. Perlu keterampilan penyimpanan.
(6) Perlu terampil dalam pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).
c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).
a) Kelebihan media luar ruang diantaranya:
(1) Sebagai informasi umum dan hiburan.
(2) Mengikutsertakan semua panca indra.
(3) Lebih mudah dipahami.
(4) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
(5) Bertatap muka.
(6) Penyajian dapat dikendalikan.
(7) Jangkauan relatif lebih besar.
(8) Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail.
(9) Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-lain.
b) Kelemahan media luar ruang diantaranya:
(1) Biaya lebih tinggi.
(2) Sedikit rumit.
(3) Ada yang memerlukan listrik.
(4) Ada yang memerlukan alat canggih untuk produk¬smya.
(5) Perlu persiapan matang.
(6) Peralatan selalu berkembang dan berubah.
(7) Perlu keterampilan penyimpanan.
(8) Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006).
Pengembangan Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan (DEPKES RI, 2006). Untuk hal itu diperlukan langkah-langkah pengembangan media promosi kesehatan yang tepat.
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses P. Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH (Program for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS (Population Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam pengembangan media promosi kesehatan yaitu:
a. Tahap analisis masalah dan sasaran
Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1) Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2) Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat-istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
3) Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari arahan-arahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE, masing-masing sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan politik. Dan melihat program serta pendukung-pendukung apa saja yang telah tersedia.
4) Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program. Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5) Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan masalah kesehatan.
b. Tahap Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu:
1) Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:
a) Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
b) Jelas dan dapat diukur.
c) Apa yang akan diukur.
d) Siapa sasaran yang akan diukur.
e) Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
f) Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka program menjadi tidak fokus dan tidak efektif (Notoatmodjo,2005).
2) Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen. Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk. Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi kesehatan diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti:
a) Data karakteristik perilaku khalayak sasaran.
b) Data epidemiologi.
c) Data demografi.
d) Data geografi.
e) Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
3) Mengembangkan posisioning pesan
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan sesuatu yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).
4) Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan (Notoatmodjo,2005):
a) Identifikasi para pesaing
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di masyarakat.
b) Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting oleh khalayak sasaran.
c) Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut pandang.
d) Menganalisis preferensi khalayak sasaran
Yaitu mengetahui posisi yang dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e) Menentukan posisi merek produk sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar, jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbol-simbol produk.
f) Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah masih cocok dengan keadaan.
5) Memilih Media Promosi Kesehatan
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini adalah:
a) Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada selera pengelola program.
b) Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
c) Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
d) Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).
c. Tahap pengembangan pesan, uji coba dan produksi media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran (www.pamsimas.org, 2009). Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) Command attention
Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut (www.pamsimas.org, 2009).
2) Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal (www.pamsimas.org, 2009).
3) Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat di dekat tempat tinggalnya (www.pamsimas.org, 2009).
4) Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya (www.pamsimas.org, 2009)
5) Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama (www.pamsimas.org, 2009).
6) Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata (www.pamsimas.org, 2009).
7) Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan (www.pamsimas.org, 2009).
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:
1) Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara keseluruhan.
2) Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari salah paham.
3) Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana pendukungnya
4) Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan, kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5) Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan daya muat apakah masih efisien dan effektif.
d. Tahap Pelaksanaan dan pemantauan
Pelaksanaan adalah tahap dimana perencanaan mulai dilaksanakan. Pelaksanaan biasanya merupakan bagian yang paling membutuhkan biaya yang dimulai dari pengembangan konsep sampai prates dan revisi.
Langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1) Menghasilkan pesan dan bahan berdasarkan hasil ujicoba
2) Pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan sesuai jadwal melalui media yang tepat sehingga mendapat pengaruh yang nyata.
3) Melatih kader maupun orang yang akan menggunakan media tersebut.
4) Sebarkan secara luas jadwal pelaksanaan dan laporan sehingga tidak ada seorangpun key person atau kelompok yang tidak mengetahuinya.
Pemantauan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penerapan program promosi kesehatan. Pemantauan dilakukan untuk mengukur kondisi saat ini dan perubahan yang terjadi pada setiap komponen program. Pada tingkat program, pemantauan mengukur kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan variabel-variabel pada tingkat program yaitu:
a) Input promosi kesehatan
Input promosi kesehatan seperti: kategori dan jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapat pelatihan promosi kesehatan, jumlah media cetak dan alat bantu audio visual yang dihasilkan serta kesesuaian pendistribusian media cetak dengan rencana dan jumlah program TV, radio yang dihasilkan.
b) Output promosi kesehatan
Target sasaran yang menerima/terpapar dengan pesan-pesan dan bahan-bahan promosi yang dihasilkan, misalnya persentase target sasaran yang mendengar radio tentang pemeriksaan kehamilan selama 3 bulan penyiarannya.
e. Tahap evaluasi dan rancang ulang
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi menyediakan informasi bagi manager program terhadap hasil/output dan dampak kegiatan untuk membuat perubahan-perubahan yang diperlukan. Evaluasi mengukur dampak kegiatan dari segi sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menetap dari sasaran potensial, provider, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan:
1) Mengukur dan menelusuri kepedulian umum, daya ingat atau praktik perilaku dari khalayak sasaran dengan menggunakan teknik penelitian yang dapat diterima, untuk menghasilkan umpan balik yang cepat.
2) Analisis hasil sesuai dengan tujuan spesifik
3) Melakukan perubahan pada rancangan proyek bila diperlukan.
Ada dua pendekatan pokok dalam evaluasi program yaitu:
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif ini membantu pengembangan program pada saat program tersebut masih dalam tahap pengembangan, untuk dipergunakan sebagai dasar mengembangkan program. Maksud mengadakan evaluasi adalah untuk memaksimalkan kemungkinan intervensi akan berhasil.
Evaluasi formatif mencakup: penjajagan target sasaran dan penjajagan mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Sedangkan bentuk evaluasi formatif bisa bermacam-macam misalnya: analisis data epidemiologis, tinjauan kepustakaan, analisis data demografis, FGD, analisis data marketing, ujicoba konsep, pesan dan saluran komunikasi dengan konsumen.
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai berjalannya suatu program promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES RI, 2006. Modul: Promosi Kesehatan untuk Politeknik/D3 Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
http://www.pamsimas.org. 2009. Bagaimana Membuat Media Promosi Kesehatan. Diakses pada tanggal 23 Maret 2010.
http://www.pamsimas.org. 2009. Metode dan Media Promosi Kesehatan. Diakses pada tanggal 23 Maret 2010.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
terimakasih, sgt membantu tgsku promkesku..:)
BalasHapusiya sama2 :)
Hapus