Langsung ke konten utama

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS



DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 3
B. PENGELOLAAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS 4
C. PERMASALAHAN 13
D. PEMBAHASAN
1. Standart Pelayanan Keperawatan 14
2. Kepuasan pasien 18
3. Keamanan Lingkungan 20
4. Pengaturan suhu bayi 20
5. Pencegahan infeksi terhadap bayi baru lahir 21
6. Tempat Tidur Yang Aman Dan Nyaman 22
E. PENUTUP
1. Kesimpulan 23
2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




A. PENDAHULUAN



1. Latar Belakang
Sanitasi makanan sangat penting terutama di tempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan orang banyak. Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti kegiatan berupa pelayanan medis yang diselenggarakan melalui pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Untuk menunjang pelayanan medis bagi pasien yang diselenggarakan rumah sakit, perlu adanya pengolahan makanan yang baik dan memenuhi syarat higiene sanitasi makanan (Djarismawati, 2004).
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Makanan harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan. Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak. Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti pelayanan medis. Agar dapat menunjang kegiatan pelayanan medis diperlukan tempat pengolahan makanan yang kegiatannya berada di instalasi gizi rumah sakit. Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu upaya pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan (Djarismawati, 2004).
Pelayanan makanan diberikan untuk mencapai pelayanan gizi pasien yang optimal dalam memenuhi keburtuhan gizi orang sakit, baik untuk keperluan metabolisme tubuhnya, peningkatan kesehatan ataupun untuk mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya penyembuhan pasien dirawat dan berobat jalan (Wijono, 1999).
2. Tujuan
1. Ingin mengetahui pengelolaan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit Umum Banyumas.
2. Ingin mengetahui permasalahan dalam pengelolaan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit Umum Banyumas.
3. Ingin memberikan alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit Umum Banyumas.




B. PENGELOLAAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS



Fungsi utama rumah sakit (RS) adalah menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit bagi pasien dan penyelenggaraan kesejahteraan bagi petugas rumah sakit tersebut.. Fungsi ini pula yang dijadikan sebagai pedoman pada keberadaan Rumah Sakit Umum Banyumas. Upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit pada pasien, salah satunya adalah dengan penyediaan makanan yang bergizi dan bersanitasi sehat. Pengelolaan makanan RS, sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan di RS mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit melalui penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat. Prinsip-prinsip dasar sanitasi penyelenggaraan makanan di RS pada dasarnya tidak berbeda dengan tempat-tempat penyelenggaraan makanan lain, tetapi standar kebersihan dan higiene pelayanan makanannya lebih tinggi karena rentannya pasien yang masuk RS dan ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi di lingkungan RS yang memungkinkan jika sanitasinya kurang terjaga akan memudahkan kuman berpindah dari individu yang satu ke individu yang lain.
Dalam tulisan ini, penulis akan menjabarkan tentang sistem penyehatan makanan dan minuman yang telah dilakukan observasi dan wawancara terhadap kepala instalasi gizi Rumah Sakit Umum Banyumas Bpk… .Pada kesempatan ini akan dikemukakan tiga sisi pengelolaan sanitasi makanan di rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Umum Banyumas yakni para karyawan, material, 6 prinsip sanitasi, dan biaya.
Yang perlu di perhatikan pada karyawan penyehatan makanan adalah perilaku petugas dalam penyehatan makanan di RS, yang meliputi kebiasaan cuci tangan, kebersihan tangan, penggunaan pakaian pelindung, pemakaian sendal dan pembersihan peralatan masak/makan. Seperti diketahui peran dan perilaku tenaga pengolah makanan sangat berpengaruh terhadap kualitas makanan, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit.
Material yang digunakan pada instalasi gizi rumah sakit antara lain dilihat dari segi :
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan makanan dan minuman di rumah sakit sangat diperhatikan kebersihannya. Peralatan tersebut antara lain: peralatan masak, peralatan makan, peralatan mencuci, peralatan minum, alamari tempat menyimpan peralatan, almari tempat menyimpan bahan baku makanan, rak peralatan, sejenis troli tertutup yang digunakan untuk membawa makanan ke pasien, peralatan kebersihan petugas (sandal, celemek, penutup kepala untuk petugas laki-laki, serta pakaian khusus untuk memasak), daftar menu untuk waktu pagi, waktu siang, dan waktu sore hari, daftar bahan baku memasak, gorden plastic yang digunakan untuk pengusir lalat, kulkas, frezzer, rice cooker ukuran besar, kompor, alat penimbang atau perhitungan bagi bahan makanan yang masuk serta alat untuk sirkulasi udara.
2. Bahan bangunan
Instalasi gizi terletak di bagian timur yang terletak jauh dari kamar pasien. Instalasi gizi terletak dekat dengan perpustakaan, aula, serta bagian mutu dan pendidikan Rumah Sakit Umum Banyumas. Bentuk dapur dirancang sangat tepat dan efektif. Ruangannya terletak di bagian dalam instalasi gizi yang bertujuan untuk mencegah orang-orang selain petugas gizi masuk sembarangan. Bahan bangunan instalasi gizi terbuat dari batu bata yang berdinding tembok putih yang sangat kokoh. Sedangkan ruangan khusus dapur, dinding maupun lantainya terbuat dari keramik putih yang identik dengan kebersihan, dan sangat memperhatikan kebersihan tempat maupun makanan.
3. Fasilitas sanitasi
Fasilitas yang mendukung sanitasi antara lain: system pencahayaan yang sehat, baik itu lampu maupun sinar matahari, ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, alat pendingin makanan, alat untuk memasak nasi yang berukuran besar, tempat mencuci yang cukup bersih, ruangan khusus untuk dapur susu, ruangan khusus untuk gudang bahan baku makanan kering, ruang untuk kamar mandi dan toilet serta ruangan khusus untuk transaksi bahan baku makanan yang masuk dari agen. Sedangkan untuk ruangan pencatatan data pasien yang mendapatkan makanan terletak di bagian depan dapur.
Pengelolaan sanitasi oleh penjamah makanan dan minuman di rumah sakit terdiri dari :
1. Pengawasan dan pengamanan bahan makanan
Hal yang harus diperhatikan dalam pengawasan makanan adalah :
a. Makanan tidak mengandung racun yang membahayakan.
b. Makanan tidak mengandung bagian yang menunjukkan kebusukan.
c. Tidak ada pemalsuan.
d. Cocok untuk dikonsumsi oleh manusia.
e. Harus diolah, dipersiapkan, diawetkan, dibungkus, dan atau disimpan menurut persyaratan tertentu.
Dari segi karyawan atau petugas :
1) Peningkatan pengetahuan para petugas
2) Pemeriksaan dan pengawasan kesehatan petugas
3) Bimbingan dan pengawasan perilaku sehat
4) Bimbingan dan pengawasan pemilihan bahan makanan
Dari segi bahan dan alat :
1) Formulir pemeriksaan dan penerimaan bahan makanan
2) Standar kualitas bahan
3) Alat perhitungan dan penimbangan
4) Jadwal dan prosedur pengawasan
Dari segi cara :
1) Pemeriksaan makanan secara fisik, biologi, dan kimia
2) Pemeriksaan kadaluarsa
3) Pemeriksaan sumber bahan
4) Pemeriksaan menu


2. Penyimpanan bahan makanan
Bahan makanan baku yang datang dari agen disimpan sesuai dengan jenis bahan baku makanan. Tetapi sebelum bahan makanan tersebut disimpan perlu di kontrol suhu, kualitas bahan, kadaluarsa bahan, pemeriksaan kualitas dan kebersihan tempat penyimpanan, kelembaban makanan, pemeriksaan alat penyimpanan bahan makanan, serta pengawasan prosedur penyimpanan bahan makanan. Bila bahan makanan kering bisa langsung dimasukkan ke dalam gudang khusus untuk penyimpanan bahan makanan kering. Bila bahan makanan basah atau lunak bisa disimpan ke dalam frezzer atau almari pendingin.
3. Pengolahan bahan makanan
Pada tahap pengelolaan bahan makanan, yang perlu diperhatikan adalah pengawasan perilaku sehat para pekerja dan pakaian kerja, pengolahan makanan, pencucian alat serta pencucian alat dan pembersihan ruangan. System pengelolaan makanan di Rumah Sakit Banyumas dilakukan oleh petugas laki-laki dan perempuan yang menggunakan pakaian kerja, masker, penutup kepala (untuk pertugas laki-laki), sandal, celemek, kuku pendek dan bersih, mencuci tangan dengan sabun sebelum melakikan tindakan. tidak berbicara ketika memasak, tidak merokok, tidak meludah di sembarang tempat, mengeringkan tangan dengan serbet setelah mencuci serta larangan keras untuk pekerja yang menggunakan perhiasan dan tatanan rambut yang tidak rapi dalam pengelolaan makanan.
4. Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang sudah matang disimpan di almari khusus untuk penyimpanan makanan matang. Selain di almari, makanan juga bisa disimpan di dalam kulkas atau alat pendingin. Tetapi tidak jarang juga makanan yang telah matang tersebut langsung dimasukkan ke dalam plato atau tempat makanan yang nantinya diberikan kepada para pasien.
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan.



Pengelolaan instalasi gizi rumah sakit memberikan pelayanan gizi sebagai berikut:
1. Menyusun kecukupan gizi pasien yang dirawat
2. Menusun rancangan makanan pasien ruang rawat inap sesuai dengan jenis dan keadaan penyakit
3. Menyusun standar makanan di rumah sakit
4. Menyusun anggaran belanja makanan
5. Menyusun menu dan pedoman menu
6. Menyelenggarakan penyuluhan dan konsultasi gizi pasien rawat inap dan rawat jalan yang diberikan secara individu atau kelompok dan rujukan gizi
7. Berperan serta dalam pembicaraan atau pertemuan mengenai perawatan pasien
8. Bekerja sama dengan unit kerja lain di rumah sakit dalam rangka kelancaran kerja.




PERMASALAHAN


Makanan adalah sumber satu-satunya bagi manusia. Permasalahan yang timbul dari makanan adalah diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak dikehendaki karena orang makan, sebenarnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup, dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting (Soemirat, 2002).
Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi. Terdapat 4 (empat) faktor yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit di RS melalui makanan, yakni perilaku yang tidak higienis, adanya sumber penyakit menular, adanya media (makanan, minuman), dan resipienal




PEMBAHASAN


Penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit merupakan upaya untuk mengendalikan faktor tempat, perlatan, orang, dam makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan.
Makanan yang sehat dan aman merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat apalagi terhadap pasien di rumah sakit yang sangat memerlukan perhatian khusus baik dari segi kualitas makanan secara bakteriologis atau pun fisik. Dari hasil penelitian pembahasan dapat di bagi menjadi 3 bagian :
1. Pendidikan
Hasil survei pengambilan data dari instalasi gizi RSUD Banyumas diketahui bahwa sebagian besar tenaga yang terlibat dalam pengolahan makanan di dapur mempunyai pengetahuan dan perilaku kurang tentang sanitasi makanan. Oleh karena itu upaya higiene sanitasi makanan di rumah sakit harus dilaksanakan dengan baik sebagai upaya preventif agar kualitas makanan dan minuman yang dihasilkan memenuhi syarat kesehatan.
2. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tenaga penjamah makanan di instalasi gizi rumah sakit dapat dikatakan cukup, karena memiliki pengetahuan yang dapat diandalkan. Penambahan pengetahuan bisa melalui kursus, pelatihan, penyegaran tentang sanitasi dan higiene perorangan, karena yang diperlukan adalah keterampilan. Untuk meningkatkan pengetahuan penjamah perlu dilakukan pelatihan, kursus dan penyegaran karena pengetahuan didapat melalui penginderaan terhadap suatu objek oleh indera rasa dan raba dan sebagian besar melalui mata dan telinga. Pengetahuan penjamah diikuti dengan pemilikan sertifikat, 60% sudah memiliki sertifikat dan 40% tidak memiliki sertifikat. Dari hasil penelitian ini penjamah makanan di instalasi rumah sakit sudah mengetahui bagaimana seharusnya seorang tenaga penjamah makanan bekerja sesuai dengan Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia 1995.


3. Perilaku.
Perilaku manusia mempunyai pengaruh yang besar dalam peningkatan derajat kesehatan manusia. Perilaku manusia adalah refleksi dari pada berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, reaksi. Dari hasil observasi perilaku penjamah pada beberapa rumah sakit dapat dilihat bahwa seluruh tenaga penjamah makanan memakai penutup kepala, sandal khusus digunakan waktu memasak, celemek dan tidak merokok, kuku penjamah semua pendek, tidak berbicara saat kerja, tenaga penjamah pria berambut pendek, semua penjamah makanan mencuci tangan tanpa memakai sabun. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh penjamah makanan dan minuman, maka perlu adanya pengawasan dan pembinaan yang baik, meskipun sudah menjadi keharusan bagi tiap penjamah untuk menjaga kesehatan dan kebersihannya, tetap harus ada pengawasan untuk memastikan seorang penjamah makanan dalam keadaan sehat ketika sedang bekerja.

Standar pelayanan gizi yang baik harus memenuhi fasilitas dan peralatan yang memadai.
Kriteria:
1. Fasilitas memberiakn ruang dan alur kerja yang efisien pada pelayanan gizi seperti:
2. Fasilitas sesuai dengan persyaratan gedungdan peraturan yang berlaku
3. Adanya ruang penerimaan dengan fasilitas pemeriksaan mutu dan jumlah bahan makanan yang langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan.
4. Lemari pendingin, gudang kering, dan freezers sesuai dengan peraturan kesehatan.
5. Peralatan sesuai dengan standar keamanan
6. Fasilitas yang tepat disediakan untuk persiapan diet khusus, seperti makanan bayi
7. Tersedianya baki khusus untuk mengumpulkan dan membersihkan alat makan sehingga mengurangi kebisingan pasien
8. Tersedianya fasilitas yang tepat untuk mencuci tangan dan higiene untuk menjaga kebersihan
9. Tersedianya alat makan yang khusus untuk kelompok pasien tertentu seperti pasien anak-anak
10. Tersedianya fasilitas untuk menyelenggarakan penyuluhan untuk perseorangan dan kelompok.







PENUTUP



A. Kesimpulan

Perhatian tenaga pengolah makanan (TPM) terhadap aspek sanitasi dan sikapnya dalam penanganan makanan merupakan hal yang sangat penting dalam berperilaku saniter. Perilaku petugas pengolah makanan di RS, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dikelola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tampaknya sikap petugas dalam cuci tangan relatif baik. Begitu pula dalam hal pencucian peralatan makan. Akan tetapi dalam prakteknya masih terdapat petugas yang berperilaku kurang saniter. Untuk itu perlu adanya dukungan sarana dan prasarana sanitasi, serta sistem pengawasan yang kontinyu dari pihak RS sehingga upaya penyehatan makanan dapat mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Dalam pengolahan makanan penjamah kurang memperhatikan cara kerja yang sanitasi, terlihat bahwa seluruh tenaga penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan, saat mengolah makanan masih banyak penjamah yang berbicara.
Kurangnya pengawasan terhadap tenaga penjamah selama berlansungnya proses pengolahan setiap hari oleh petugas instalasi gizi rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan terhadap bakteriologis makanan diketahui bahwa kualitas makanan yang dihasilkan masih belum memenuhi syarat kesehatan karena angka kuman diatas nilai ambang batas.
Masih kurangnya pembinaan baik melalui kursus, pelatihan tentang higiene sanitasi makanan bagi penjamah makanan.
B. Saran

1. Tingkatkan pengetahuan tenaga penjamah makanan tentang sanitasi makanan dan higiene perorangan melalui kursus maupun penyuluhan.
2. Tingkatkan pengawasan terhadap perilaku penjamah dengan cara memasang poster yang berisi peringatan tentang perilaku yang harus dihindari saat kerja / melakukan pengolahan makanan.
3. Lakukan pemeriksaan rutin terhadap kualitas makanan, tenaga penjamah dan alat.





DAFTAR PUSTAKA


Djarismawati, et., al.2004. Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Tentang Sanitasi Pengolahan Makanan Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Jakarta. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=penyehatan+makanan+dan+minuman+di+rumah+sakit&meta=. Diakses 12 Juni 2007.
Musadad, Anwar.1995. Perilaku Petugas dalam Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit.http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14PerilakuPetugas100.pdf/14PerilakuPetugas100.html. Diakses 12 Juni 2007.
Soemirat, Juli S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wijono, Djoko. 1999. Management Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leaflet Gizi Diit Atlet Sepak Bola

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikas

BAB 3 sterilisasi

Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi : 1. Pengertian sterilisasi 2. Macam-macam sterilisasi a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) b. Sterilisasi secara fisik · Pemanasan - Dengan api langsung - Panas kering - Uap air panas - Uap air panas bertekanan · Penyinaran UV c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan 3. Prosedur/Teknik aseptis a. Mensterilkan meja kerja b. Memindahkan biakan ( streak ) c. Menuang media d. Pipetting 4. Prinsip cara kerja autoklaf 5. Sterilisasi dengan cara penyaringan 6. Tyndalisasi 7. Sterilisasi dengan udara panas 8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet Pengertian Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan deng