Langsung ke konten utama

PENGETAHUAN DAN PRILAKU IBU TENTANG INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan air susu ibunya, karena dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam satu jam pertama kehidupannya, maka bayi akan mendapat sumber gizi terbaik dan dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan. Hal ini mengingat masih tingginya angka kematian bayi baru lahir. Angka kematian bayi di seluruh dunia saat ini setiap tahunnya mencapai 4 juta jiwa. Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, yang artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
Angka kematian bayi di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 masih sangat tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI tahun 1997 dan 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002.
Penyebab kematian bayi dikarenakan beberapa faktor diantaranya yaitu berat badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman dan ASI. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini. Kematian bayi baru lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya. Tapi, berdasarkan SDKI tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya.
Sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran atau yang disebut inisiasi menyusu dini (Sari, 2008). Menyusu secara baik dan benar dapat mencegah kematian bayi serta ganguan perkembangan bayi dapat. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini wajar karena Sinisiasi menyusu dini adalah ilmu pengetahuan baru bagi Indonesia (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Prof.Dr.Meutia Hatta Swasono).
Kebanyakan ibu tidak tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau yang biasa disebut proses IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup. Melakukan IMD, bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di dunia. Dia yang baru saja keluar dari “tempat ternyaman di dunia” di dalam rahim sang Ibu, tentunya merasa trauma ketika harus berada di dunia luar. Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun keengganan untuk melakukannya membuat IMD masih jarang dipraktikkan. Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya seorang bayi yang baru lahir dapat mencari sendiri susu ibunya. Ataupun rasa malu untuk meminta dokter yang membantu persalinan untuk melakukannya.
Selain itu, kedekatan antara ibu dengan bayinya akan terbentuk dalam proses IMD tersebut. Sebab, dengan memisahkan si ibu dengan si bayi ternyata daya tahan tubuh si bayi akan drop hingga mencapai 25%. Ketika si ibu bersama dengan si bayi, daya tahan si bayi akan berada dalam kondisi prima, dan si ibu bisa melakukan proteksi terhadap si bayi jika memang perlu. IMD dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh si bayi terhadap penyakit-penyakit yang berisiko kematian tinggi. Misalnya kanker syaraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya. Tidak hanya itu, IMD juga dinyatakan menekan Angka Kematian Bayi (AKB) baru melahirkan hingga mencapai 22 persen (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008).


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana pengetahuan dan prilaku ibu tentang inisiasi menyusui dini dengan praktek pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan prilaku ibu tentang inisiasi menyusui dini dengan praktek pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusui dini dengan praktek pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
b. Mendeskripsikan prilaku ibu tentang inisiasi menyusui dini dengan praktek pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Dapat mengetahui manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
b. Diharapkan masyarakat selalu memberikan ASI kepada bayinya terutama ASI Ekslusif.
2. Bagi Puskesmas
Memberikan informasi tentang IMD baik pada petugas kesehatan di tempatnya maupun kepada masyarakat khususnya ibu tentang IMD dengan praktek pemberian ASI Ekslusif sehingga dapat dijadikan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan tentang IMD dan praktek pemberian ASI Ekslusif yang kemudian akan disosialisasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Beberapa tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari.Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa persiapan persalinan sangat penting.
2. Memahami (Komprehesion)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


5. Sintesis (Syintesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.
2. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai” yang di perkenalkan.
3. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
4. Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.

5. Sosial-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.
6. Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.

B. Teori Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam jurnal Rohani (2007) , ada beberapa teori perilaku, yaitu :
1. Teori Stimulus Organisme
Teori stimulus organisme adalah bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources), misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut keseimbangan consonance (keseimbangan). Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda, bertentangan di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah dissonance.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
4. Teori Kurt Lewin
Teori Kurt Lewin adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces).

C. Pemberian ASI
Pemberian air susu ibu memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya. ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digestif bayi, karena bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak pernah sembelit, dan merasa puas. ASI juga bebas dari kuman : pada kenyatannya ASI mengandung anti bodi sehingga bayi yang mendapatkan ASI umumnya jarang sakit dan jarang menderita alergi jika dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula. Pemberian ASI memberikan kepuasan emosional dengan timbulnya perasaan berhasil dalam pemenuhan tugas sebagai ibu. Menyusui sendiri merupakan pekerjaan yang menyenangkan dan tidak terlalu memberatkan begitu pekerjaan menyusui berhasil dilaksanakan, disamping itu menyusui sendiri akan menghemat waktu dan uang.
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: (1) komitmen ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini (early initiation), (3) posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif (Afifah, 2007).



D. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu metode baru dalam persalinan. Metode yang sebelumnya banyak dilakukan adalah begitu bayi dilahirkan (setelah dipotong tali pusatnya) kemudian dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan dimandikan. Sedangkan metode Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di dada ibunya setelah tubuh bayi dilap dengan kain bersih (kecuali pada bagian tangan bayi) dan bagian punggung bayi ditutup dengan selimut (untuk mencegah hipotermi) kemudian bayi dibiarkan mencari payudara ibunya dalam waktu satu jam setelah lahir (UNICEF-WHO, 1993). Berdasarkan hasil penelitian Righard (1990) cit Roesli (2008) diketahui bahwa bayi yang lahir secara normal yang diletakkan di perut ibunya dan tidak dipisahkan selama setidaknya satu jam, maka dalam 30 menit bayi akan mulai merangkak ke arah payudara ibunya dan dalam 50 menit akan menyusu. Sedangkan bayi yang dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan dimandikan, ternyata 50% tidak dapat menyusu sendiri. Jika bayi langsung diambil untuk ditimbang dan diberi pakaian, ia tidak akan menunjukkan ketertarikan untuk menyusu dan tidak tahu caranya mengisap. Sedangkan pada bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini, kemudian dipisahkan 10 jam setelah dilahirkan,ternyata ia tetap pandai menyusu (Ambarwani, 2008).
Menyusu pada dasarnya sangat bermanfaat, baik bagi ibu maupun bayi. Apalagi, jika proses menyusu dilakukan dengan cara inisiasi menyusu dini (IMD) sampai waktunya ia disapih. IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibu kemudian membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu. Tubuh bayi tidak boleh dibersihkan, hanya boleh dikeringkan. Proses ini melibatkan sentuhan kulit antara ibu dan bayi. Ketika IMD berlangsung, bayi dibiarkan berusaha sendiri. Ibu hanya boleh membelai dan mengajaknya bicara. Dr Jeanne Ross Tikoalu, SpA, Satgas ASI IDAI Pusat ini mengungkapkan, proses inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat pada ibu maupun bayi. “Selain dapat menurunkan angka kematian bayi sebanyak 22 persen, IMD dapat meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi, serta merangsang kontraksi rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan setelah melahirkan,” jelasnya. IMD, kata dia, juga dapat mengurangi stres ibu setelah melahirkan dan memperbesar peluang ibu untuk memantapkan serta melanjutkan kegiatan menyusui. Apa manfaatnya? Dr Jeanne menjelaskan, manfaat IMD bagi bayi adalah mempertahankan kehangatan suhu bayi, menenangkan ibu dan bayi, bakteri baik di badan ibu (sewaktu IMD, bayi akan menjilati tubuh ibu) akan masuk ke saluran cerna bayi. Inisiasi menyusu dini juga membantu melatih motorik bayi saat menyusu, membantu perkembangan saraf bayi, serta memperoleh kolostrum yang baik bagi sistem ketahanan tubuhnya (Fajar, 2009).

Ada lima tahapan perilaku yang dilakukan bayi sebelum ia berhasil menemukan puting susu ibunya dan menyusu:
1. 30 – 45 menit pertama. Bayi akan diam dalam keadaan siaga. Sesekali matanya membuka lebar dan melihat bundanya. Masa ini merupakan masa penyesuaian atau peralihan dari dalam kandungan ke luar kandungan.
2. 45 – 60 menit selanjutnya. Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Inilah yang akan membimbing bayi menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan kedua tangan bayi pada saat bayi baru lahir.
3. Mengeluarkan liur. Saat bayi siap dan menyadari adanya makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liur.
4. Bergerak ke arah payudara. Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu. Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
5. Menyusu. Akhirnya bayi menemukan puting susu ibunya, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu (Anonim, 2009).

Manfaat IMD diantaranya yaitu :
Untuk Ibu:
• Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
• Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi ririko perdarahan sesudah melahirkan
• Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi
• Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan

Untuk Bayi:
• Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
• Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
• Kolonisasi bakiterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal
• Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi
• Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu
• Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi
• Mempercepat keluarnya meconium (kotoran byi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban)
• Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu
• Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system)
• Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi
• Mencegah terlewatnya puncak ‘refleks mengisap’ pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian (Paramita, 2007).
E. ASI EKSLUSIF
Program peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu, khususnya ASI Eksklusif merupakan program perioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain : Deklarasi innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80% pada tahun 2000 (Roesli,2000 dalam jurnal Rohani).
Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat bayi ASI (Depkes RI,2005). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil. Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes RI, 2005). Kurangnya pengertian dan keterampilan ibu menyusui tentang keunggulan ASI dan manfaat ASI menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti air susu ibu, sehingga dewasa ini semakin banyak ibu menyusui memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan mereka.
Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan dan minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain air jernih dan madu dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk meransang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada ibu menyusui. Masih banyak juga ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama), karena dianggap tidak baik untuk makanan bayi atau susu basi (Depkes,2005 dalam jurnal Rohani).
Bagi bayi, ASI merupakan makanan yang sempurna karena kandungan gizi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Namun keberhasilan pemberian ASI terutama ASI Eksklusif kapada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor : (1) pekerjaan, pekerjaan bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu yang bekerja. Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif dengan cara memerah ASI nya sehari sebelum ibu pergi. ASI perah dapat tahan disimpan selama 24 jam di dalam termos es yang diberi es batu atau dalam lemari es. Tidak terdapat perbedaan kualitas maupun kuantitas ASI ibu yang bekeja dengan ibu yang tidak bekerja (Roesli, 2001). (2) Sikap, sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh karena itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). (3) Pengetahuan ibu menyusui, dalam memberikan ASI terutama ASI Eksklusif masalah yang utama adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan informasi yang mendukung sehingga menambah pengetahuan ibu serta keyakinan ibu bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif (Harianja, 2002 dalam jurnal Rohani).










BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan Prilaku Ibu Tentang Inisiasi Menyusui Dini dengan Praktek Pemberian Asi Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalika Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis” adalah:


A. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu ingin mengetahui pengetahuan dan prilaku ibu tentang inisiasi menyusui dini dengan praktek pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Pertimbangan menggunakan metode ini yaitu:
1. Menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan instrumen.
2. Lebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan.
3. Lebih sensitif dan adaptif terhadap peran dan berbagai pengaruh yang timbul.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu ibu di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis terutama yang pernah melahirkan dan mempunyai anak.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Sumber data utama ini dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman dengan recorder, pengambilan foto atau video. Sumber data langsung dari informan yang sudah ditentukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang telah ada. Sumber data berupa sumber tertulis yang dibagi atas sumber buku, jurnal, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
E. Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan peneliti untuk melihat dan mengamati tindakan yang dilakukan oleh informan sehari-hari, kemudian mencatat kejadian sesuai yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
2. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Wawancara digunakan sebagai tteknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan lebih mendalam. Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya. Wawancara secara semiterstruktur untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2008).
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen yaitu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada baik dari buku, jurnal dan kepustakaan lainnya.




F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dari data yang terkumpul dibandingkan dengan kepustakaan atau teori yang ada. Analisis dilakukan baik sebelum di lapangan ataupun saat di lapangan. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan lagi sampai tahap tertentu.

G. Validitas Data
Validitas data dilakukan dengan triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan teknik triangulasi, maka sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Maka dari itu terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu (Sugiyono, 2008).

H. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli hingga Nopember 2010




DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian Asi Eksklusif. eprints.undip.ac.id/1034/1/ARTIKEL_ASI.pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Ambarwani. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif Membentuk Generasi Rabbani. http://eprints.ums.ac.id/1531/1/5._AMBARWANI.pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Andini, Djuwita. 2006. Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak Usia Di Bawah Dua Tahun (Baduta) pada Keluarga Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja. http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789 /1447/4/Andini.%20Djuwita_A2006.pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Anonim. 2009. 5 Tahapan Inisiasi Menyusui Dini. http://www.ayahbunda.co.id /Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Kelahiran/5.tahapan.inisiasi.menyusu.dini/001/001/396/5/3. Diakses 17 Juni 2010.
Dinas Kesehatan Surabaya. 2008. Hanya 4 Persen Bayi Di Indonesia Yang Mendapat IMD. http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita /inisiasi-menyusu-dini-manfaatnya-seumur-hidup. Diakses 17 Juni 2010.
Fajar. 2009. Beri dengan IMD. http://www.fajar.co.id/koran/1259370552FAJAR UTM 28 6 .pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Paramita, Rahadian P. 2007 Manfaat Inisisasi Menyusu Dini. http://www.asipasti.co.cc/2008/02/manfaat-inisiasi-menyusui-dini-imd.html. Diakses 17 Juni 2010.
Rohani. 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/14635/1/08E01518.pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Sari, Rury Narulita. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian Kolostrum di RSUD Kota Surakarta. http://digilib.uns.ac.id/abstrakpdf_10629_hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-bersalin-tentang-inisiasi-menyusu-dini-dengan-pemberian-kolostrum-di-rsud-kota-surakarta.pdf. Diakses 17 Juni 2010.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dab R&D. Penerbit IKAPI. Bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leaflet Gizi Diit Atlet Sepak Bola

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikas

BAB 3 sterilisasi

Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi : 1. Pengertian sterilisasi 2. Macam-macam sterilisasi a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) b. Sterilisasi secara fisik · Pemanasan - Dengan api langsung - Panas kering - Uap air panas - Uap air panas bertekanan · Penyinaran UV c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan 3. Prosedur/Teknik aseptis a. Mensterilkan meja kerja b. Memindahkan biakan ( streak ) c. Menuang media d. Pipetting 4. Prinsip cara kerja autoklaf 5. Sterilisasi dengan cara penyaringan 6. Tyndalisasi 7. Sterilisasi dengan udara panas 8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet Pengertian Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan deng