Langsung ke konten utama

HUBUNGANKARAKTERISTIK IBUDENGAN PENERAPAN INISIASI MENYUSUI DINI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan air susu ibunya, karena dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam satu jam pertama kehidupannya, maka bayi akan mendapat sumber gizi terbaik dan dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan. Hal ini mengingat masih tingginya angka kematian bayi baru lahir.Angka kematian bayi di seluruh dunia saat ini setiap tahunnya mencapai 4 juta jiwa. Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, yang artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
Angka kematian bayi di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 masih sangat tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI tahun 1997 dan 2002 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002.
Penyebab kematian bayi dikarenakan beberapa faktor diantaranya yaitu berat badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian minuman dan ASI. Masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pemberian ASI Ekslusif dan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini. Kematian bayi baru lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah kelahirannya. Pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya. Tapi, berdasarkan SDKI tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya.
Sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran atau yang disebut inisiasi menyusu dini (Sari, 2008). Menyusu secara baik dan benar dapat mencegah kematian bayi serta ganguan perkembangan bayi dapat. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini wajar karena inisiasi menyusu dini adalah ilmu pengetahuan baru bagi Indonesia (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Prof.Dr.Meutia Hatta Swasono).
Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak pada Dinas Kesehatan Kab. Bandung Barat Nina Farida mengatakan sejak dua tahun lalu saat dicanangkan program IMD di Kab. Bandung Barat, baru mencapai 60,88 persen dari total persalinan. Itu pun karena persalin-annya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memahami asuhan persalinan normal. Selain jumlah itu, ada pula sekitar 4,56 persen persalinan oleh peraji, tetapi didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga kemungkinan besar sudah menerapkan IMD.Berdasarkan data hingga November 2009, dari 21.997 persalinan, IMD telah diterapkan pada sekitar 14.580 persalinan (Anonim, 2010).
Kebanyakan ibu tidak tahu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau yang biasa disebut proses IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup. Melakukan IMD, bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di dunia. Dia yang baru saja keluar dari “tempat ternyaman di dunia” di dalam rahim sang Ibu, tentunya merasa trauma ketika harus berada di dunia luar.Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun keengganan untuk melakukannya membuat IMD masih jarang dipraktikkan. Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya seorang bayi yang baru lahir dapat mencari sendiri susu ibunya. Ataupun rasa malu untuk meminta dokter yang membantu persalinan untuk melakukannya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalampenulisan ini adalah adakah hubungan karakteristik ibu dengan penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat?



C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan umuribu dengan penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat.
b. Mengetahui hubungan pendidikan penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat.
c. Mengetahui hubungan pekerjaan penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat.
d. Mengetahui hubungan pengalaman penerapan inisiasi menyusui dini di Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Dapat mengetahui manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
b. Diharapkan masyarakat selalu memberikan ASI kepada bayinya terutama ASI ekslusif.
2. Bagi Puskesmas
Memberikan informasi tentang IMD baik pada petugas kesehatan di tempatnya maupun kepada masyarakat khususnya ibu tentang IMD sehingga dapat dijadikan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan tentang IMD yang kemudian akan disosialisasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberian ASI dan Inisiasi Menyusui Dini
Pemberian air susu ibu memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya. ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digestif bayi, karena bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak pernah sembelit, dan merasa puas. ASI juga bebas dari kuman : pada kenyatannya ASI mengandung anti bodi sehingga bayi yang mendapatkan ASI umumnya jarang sakit dan jarang menderita alergi jika dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula. Pemberian ASI memberikan kepuasan emosional dengan timbulnya perasaan berhasil dalam pemenuhan tugas sebagai ibu. Menyusui sendiri merupakan pekerjaan yang menyenangkan dan tidak terlalu memberatkan begitu pekerjaan menyusui berhasil dilaksanakan, disamping itu menyusui sendiri akan menghemat waktu dan uang.
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: (1) komitmen ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini (early initiation), (3) posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif (Afifah, 2007).
Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu metode baru dalam persalinan. Metode yang sebelumnya banyak dilakukan adalah begitu bayi dilahirkan (setelah dipotong tali pusatnya) kemudian dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan dimandikan. Sedangkan metode Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di dada ibunya setelah tubuh bayi dilap dengan kain bersih (kecuali pada bagian tangan bayi) dan bagian punggung bayi ditutup dengan selimut (untuk mencegah hipotermi) kemudian bayi dibiarkan mencari payudara ibunya dalam waktu satu jam setelah lahir (UNICEF-WHO, 1993). Berdasarkan hasil penelitian Righard (1990) cit Roesli (2008) diketahui bahwa bayi yang lahir secara normal yang diletakkan di perut ibunya dan tidak dipisahkan selama setidaknya satu jam, maka dalam 30 menit bayi akan mulai merangkak ke arah payudara ibunya dan dalam 50 menit akan menyusu. Sedangkan bayi yang dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan dimandikan, ternyata 50% tidak dapat menyusu sendiri. Jika bayi langsung diambil untuk ditimbang dan diberi pakaian, ia tidak akan menunjukkan ketertarikan untuk menyusu dan tidak tahu caranya mengisap. Sedangkan pada bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini, kemudian dipisahkan 10 jam setelah dilahirkan,ternyata ia tetap pandai menyusu (Ambarwani, 2008).

Ada lima tahapan perilaku yang dilakukan bayi sebelum ia berhasil menemukan puting susu ibunya dan menyusu:
1. 30 – 45 menit pertama. Bayi akan diam dalam keadaan siaga. Sesekali matanya membuka lebar dan melihat bundanya. Masa ini merupakan masa penyesuaian atau peralihan dari dalam kandungan ke luar kandungan.
2. 45 – 60 menit selanjutnya. Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Inilah yang akan membimbing bayi menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan kedua tangan bayi pada saat bayi baru lahir.
3. Mengeluarkan liur. Saat bayi siap dan menyadari adanya makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liur.
4. Bergerak ke arah payudara. Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu. Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
5. Menyusu. Akhirnya bayi menemukan puting susu ibunya, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu (Anonim, 2009).
Manfaat IMD diantaranya yaitu :
Untuk Ibu:
• Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
• Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi ririko perdarahan sesudah melahirkan
• Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi
• Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan

Untuk Bayi:
• Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
• Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
• Kolonisasi bakiterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal
• Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi
• Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu
• Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi
• Mempercepat keluarnya meconium (kotoran byi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban)
• Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu
• Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system)
• Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi
• Mencegah terlewatnya puncak ‘refleks mengisap’ pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian (Paramita, 2007).


B. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawabpertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Beberapa tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari.Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakanbahwa persiapan persalinan sangat penting.
2. Memahami (Komprehesion)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentangobyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadapobyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasiyang lain.
4. Analisa (Analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja sepertimenggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,mengelompokkan dan sebagainya.




5. Sintesis (Syintesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadapsuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.
2. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerimainformasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknyapendidikanyang kurang akan menghambat perkembangansikap seseorangterhadap nilai” yang di perkenalkan.
3. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikiryang logis dan kritis.
4. Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.


5. Sosial-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positifmemandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambilsikap atau tindakan.
6. Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapannilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyaibanyak informasi dan pengalaman.


C. Kerangka Teori

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Ibu dengan Penerapan Inisiasi Menyusui Dini di Kabupaten Bandung Barat” adalah:





B. Hipotesis
Adanya hubungan antara karakteristik ibu dengan penerapan inisiasi menyusui dini.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman, sedangkan variabel terikat yaitu penerapan IMD.
D. Definisi Operasional
- Umur yaitu lama waktu hidup ibu menyusui dari sejak dilahirkan sampai sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun.
- Pendidikan yaitu pendidikan formal yang pernah diikuti ibu menyusui yang terdiri dari SD, SMP, SMA, D3 dan S1.
- Pekerjaan yaitu kegiatan yang dilakukan ibu menyusui yang dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
- Pengalaman yaitu pengalaman menyusui sebelumnya
E. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu ingin mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu dengan Penerapan Inisiasi Menyusui Dini di Kabupaten Bandung Barat.
F. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua kelurahan di Bandung Barat yaitu di Cibodas dan Lembang.

G. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Cibodas dan Lembang yang berjumlah 700 orang.
Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan teknik systemic random samplingdengan rumus :


Berdasarkan rumus tersebut makan jumlah sampel 46 atau yang akurat 50 orang.
H. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan kuesioner yang diberikan kepada responden yang berisi daftar pertanyaan serta jawaban yang telah dipersiapkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Cicalengka di Kabupaten Bandung Barat.




I. Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara ( Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2008)
J. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomenan alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam mengukur variabel dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman ibu menyusui.

K. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik dan software SPSS 16 for windows.

L. Validitas Data
Validitas data dilakukan dengan triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan teknik triangulasi, maka sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Maka dari itu terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu (Sugiyono, 2008).

M. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli hingga Desember 2010


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Leaflet Gizi Diit Atlet Sepak Bola

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS KEJAKSAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikas

BAB 3 sterilisasi

Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi : 1. Pengertian sterilisasi 2. Macam-macam sterilisasi a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) b. Sterilisasi secara fisik · Pemanasan - Dengan api langsung - Panas kering - Uap air panas - Uap air panas bertekanan · Penyinaran UV c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan 3. Prosedur/Teknik aseptis a. Mensterilkan meja kerja b. Memindahkan biakan ( streak ) c. Menuang media d. Pipetting 4. Prinsip cara kerja autoklaf 5. Sterilisasi dengan cara penyaringan 6. Tyndalisasi 7. Sterilisasi dengan udara panas 8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet Pengertian Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan deng